Welcome

"Wene Weak Hano Nekimoat Welagirek"

Minggu, 13 Maret 2011


SELAMAT JALAN 25 TAHUN
(Refleksi pribadi tentang “takdir”, yang ditulis sehari sebelum memasuki umur ke-26 tahun sebagai hadiah terbaik yang sa persembahkan untuk masa depan saya )

Sebelum memasuki umur 15 tahun, Sa telah banyak mendengar bahwa setiap manusia memiliki takdir masing-masing yang telah digariskan oleh zat yang namanya Allah. Takdir ini tidak dapat dihindari oleh manusia. Sebelum seseorang dilahirkan bahkan sebelum menjadi janin, seolah takdir seseorang telah menunggu di luar rahim Mama, menunggu lahirnya pemilik takdir.  Hingga pertumbahan fisik dan psikologis janin dalam rahim sampe lahir sebagai bayi mungil, itu juga seolah-olah telah ditakdirkan untuk demikian adanya. Bahkan setelah bayi mungil itu tumbuh makin dewasa dengan akal budi bersama kesadaran dan alam bawah sadar pun, katanya manusia harus tetap hidup sesuai dengan sesuatu yang tidak kelihatan seperti apa bentuk dan isinya yaitu takdir.
Takdir yang telah ditentukan oleh zat yang bernama Allah, yang mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju, sanggup tidak sanggup, mutlak dijalani manusia yang juga diciptakan oleh zat yang bernama Allah itu. Zat bernama Allah yang kelihatannya dan terdengar memiliki otoritas luar biasa, jauh di luar kekuatan manusia.
Sa juga terlalu sering mendengar bahwa tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang terlepas dari mata dan otoritasnya. Semua yang ada dan terjadi di dunia ini, tanpa terkecuali, adalah sesuai keinginan dan otoritasnya. Keberadaan manusia beserta akal budi, jiwa dan kesadarannya; keberadaan hewan/binatang beserta insting/nalurinya; keberadaan tumbuh-tumbuhan, semua telah diatur. Termasuk saya; seorang Heni Lani. Saya dan keberadaan saya di dunia sampai kematian saya, memiliki takdir yang mutlak sa jalani.
Jika semua itu demikian adanya; Kenapa manusia memiliki akal budi dan kesadaran yang tidak berguna??? Kenapa zat yang bernama Allah harus repot-repot menciptakan manusia jika itu hanya untuk diatur sesuai keinginannya??? Bagaimana dengan kemiskinan, penindasan, penghinaan, penjualan, penghisapan dan pembunuhan massal secara sistematis yang “harus” dialami oleh sebagian besar manusia di bumi ini??? Apakah itu juga takdir yang telah digariskan oleh zat bernama Allah untuk dijalani manusia??? Apakah manusia-manusia rakus dan sadis yang terus menjajah, menindas, membunuh dan mengeksploitasi manusia lain itu juga sedang menjalani takdir mereka yang telah digariskan oleh zat bernama Allah??? Bagaimana dengan adanya kelas-kelas seperti; penindas dan tertidas, kaya dan miskin,  tuan dan budak??? Apakah ini juga ciptaan dan takdir zat bernama Allah???  Jika bumi dan segala isinya adalah ciptaan zat yang bernama Allah, bagaimana dengan peperangan dalam skala paling kecil hingga paling besar yang terus terjadi di tengah-tengah kehidupan manusia??? Apakah ini juga skenario yang  dibuat oleh zat bernama Allah supaya manusia menderita??? Ataukah manusia harus menyalahkan diri sendiri bahkan menghakimi diri dan sesamanya bahwa semua kekacauan di dunia ini adalah akibat keserakahan manusia??? Jika demikian, apakah takdir itu hanya yang baik-baik saja???
******
Sehari lagi, saya telah menjalani hidup selama 25 tahun. Sejak sel telur dan sel  sperma bertemu dalam rahim Mama hingga saya berumur 25 tahun (menjelang 26 tahun) ini, tentu saja banyak hal berbeda telah terjadi.
Sampai saya menulis refleksi ini, sa sendiri belum mengerti tuntas, kapan kesadaran seseorang mulai ada. Mungkin saja sejak sel telur bertemu sel sperma. Atau mungkin setelah berbuah menjadi janin. Ini semua hanya kemungkinan karena keterbatasan pengetahuan saya tentang hal itu.
Satu hal yang saya paham sepenuhnya  di akhir usia 25 tahun dan yang telah menjadi kepercayaan saya selama 6 tahun terakhir ini adalah bahwa hidup itu pilihan!!! Bukan takdir!!!
Menjadi seorang guru, seorang dokter, seorang profesor, seorang pilot, dll itu pilihan profesi bukan takdir. Mau jadi pegawai birokrat dengan jam kerja lebih dan gaji rendah yang tunduk pada sistem penindas atau mau jadi tukang aksi demo di jalan tanpa gaji yang melawan sistem penindas, ini pilihan kesadaran bukan takdir. Mau menjadi penindas atau tertindas itu juga pilihan nurani bukan takdir. Atau bahkan tidak menjadi penindas dan tidak menjadi tertindas, ini juga pilihan kesadaran yang harus diperjuangkan, bukan takdir yang harus diterima dan ditangisi tanpa perlawanan. Menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui itu kodrat Perempuan bukan takdir. Tapi untuk menjalaninya adalah pilihan perempuan, bukan takdir.
Jika hidup itu pilihan, maka akal budi dan kesadaran manusia diolah dan digunakan untuk memanusiakan manusia. Ini juga berarti bahwa manusia sebagai makhluk termulia telah menghargai dan menjujung tinggi akal budi dan kesadarannya sebagai manusia. Karena akal budi dan kesadaranlah yang membedakan manusia dengan hewan/binatang dan tumbu-tumbuhan bahkan dengan robot atau boneka. Karena akal budi dan kesadaranlah, manusia mampu mencipta dan berkreasi tanpa batas. Namun jika hidup itu takdir, maka manusia sama dengan mayat hidup yang membiarkan semua diatur oleh zat bernama Allah yang sangat otoriter. Akal budi dan kesadaran manusia hanyalah make-up supaya manusia kelihatan sebagai manusia. Mau percaya takdir atau tidak, itu semua pilihan.
Karena saat ini saya ada dan hidup dalam bentuk manusia dengan akal budi dan kesadaran, maka saya memilih untuk menolak adanya takdir. Penolakan saya terhadap takdir, murni berasal dari kesadaran saya yang membentuk kepercayaan (belief system) saya.
Manusia mempunyai pikiran. Saya punya pikiran. Selama 25 tahun ini, tentu saja pikiran saya terus saya olah dan menciptakan banyak pengalaman (tidak penting apakah itu pengalaman baik atau buruk). Banyak pengalaman yang terus saya hadapi, saya endapkan, saya olah dan saya refleksikan. Mungkin saja ada juga pengalaman-pengalaman saya yang terlewatkan tanpa sa sadar. Pengalaman-pengalaman terolah inilah yang membentuk persepsi saya terhadap atau tentang sesuatu. Dan akhirnya, persepsi saya membentuk kepercayaan (belief system) saya tentang sesuatu. Bahkan terhadap atau tentang bumi dan segala yang ada di dalam dan di luar bumi yang saya ketahui. Termasuk semua takhyul-takyul sesat adat istiadat yang terus dipelihara, dikembangkan dan diperkuat oleh doktkrin-dokrin sesat agama dan negara kolonial-kapitalis. Salah satu takhyul dan dokrin dari sekian ribu yang terus menggerogoti dan membusukan jiwa kemanusiaan manusia adalah takdir.
Mau percaya adanya takdir atau menolak adanya takdir, itu adalah pilihan dari sebuah keyakinan yang sadar!!!
Ini refleksi pribadi yang saya persembahkan untuk masa depan saya dan juga sebagai bentuk penghargaan saya terhadap semua pengalaman hidup saya selama 25 tahun ini. Sangat berharap agar bermanfaat untuk yang membaca dan memahaminya.
Di akhir refleksi hari ini, terimakasih dan cinta tulus saya, saya persembahkan khusus untuk Mama, Bapa, Adik-adik, Bong dan semua Kamrad serta Tanah Air saya. Sayang kam semua banyak-banyak.

Sa ucapkan:
“Selamat Ulang Tahun untuk Semua yang berulang tahun pada 30 Januari”.
Harapan Saya pada akhir umur 25 tahun:
“Dengan makin tuanya bumi yang kita tempati dan makin tuanya usia manusia, Smoga makin banyak manusia yang berhenti menjual jiwanya pada takhyul-takhyul sesat yang terus menggerogoti dan membusukan jiwa manusia untuk berkreasi. Dan smoga makin banyak suku bangsa yang memperoleh kebebasan dan kemerdekaan sejati tanpa kelas”.

Love & Free

Tanah Sunda, Januari 2011





Tidak ada komentar:

Posting Komentar