Welcome

"Wene Weak Hano Nekimoat Welagirek"

Minggu, 13 Maret 2011

 BAPA MAU PI FISIOTERAPI
Filep Karma seorang Narapidana Politik Papua, berbaju kaos putih bersama Mamanya, Eklefina Noriwari (kanan Karma) dan Audrin Karma (anak pertama Karma-depan) serta keluarga lain berpose di ruang rawat inap RS.PGI Cikini-Jakarta tempat Karma menjalani operasi prostat pada Juli 2010.@ Cyntia Warwe
Mobil ambulans berwarna biru dengan plat bernomor B 7994 IP, berhenti tepat di depan kamar No. 10 VIP Anggrek tanpa bunyi sirene. Jam dinding kamar berwarna putih dengan logo RS.PGI Cikini di tengahnya, menunjukan pukul 09.45 WIB ketika Sr. Bernadetta dengan seragam perawat berwarna putih kehijauan keluar dari dalam ambulans biru itu. Suster membawa beberapa lembar kertas keterangan medis milik ‘Bapa’. ‘Sa’ masih berdiri di balik pintu kamar ketika suster  keluar dari ambulans. Dari balik pintu kamar yang berkaca itu, terlihat seorang supir ambulans berbaju kaos hitam sibuk mencari posisi yang baik untuk parkir ambulans. ‘Bapa’ terus menggosok gigi dengan menggunakan sikat gigi berwarna biru  dan  pasta gigi sensodyne berwarna pink ketika suster memasuki kamar untuk menjemput ‘Bapa’.



“ Selamat pagi ”, sapa Suster sambil tersenyum manis.                       

“ Selamat pagi, suster ”, saya membalasnya.
“ Hari ini Bapak akan fisioterapi ”, lanjut suster sambil menuju ke tempat tidur ‘Bapa’ untuk memastikan kesiapan‘Bapa’.
 Busa putih dari pasta gigi terlihat di atas kumis ‘Bapa’ yang keriting, panjang berwarna hitam, sudah sedikit memutih dan cukup lebat. Air keran di wastafel masih mengalir lembut menuju lubang wastafel. Tangannya yang besar menadahkan air secukupnya. Kumisnya yang terkena busa pasta gigi itu disepul. Kumis ‘Bapa’ basah terurai ke bibirnya yang tebal. Sesekali ‘Bapa’ menaikan kumis hitamnya yang menghalangi proses menggosok gigi. Wajah ‘Bapa’ yang selalu ceria itu dipandanginya melalui cermin diatas wastafel seusai menggosok gigi. Sisir halus berwarna merah marun pun digunakan untuk menyisir rambut dan jenggotnya yang panjang. Sebenarnya, ‘Bapa’ tidak membutuhkan sisir untuk sisir de pu rambut. Karna ‘Bapa’ pu rambut blakang itu gimbal. Jadi klo ‘Bapa’ de sisir, maka itu hanya sekedar untuk rapikan ‘Bapa’ de pu rambut bagian depan saja.
Bapa, suster su datang”, kata saya.
“Maaf suster, saya lama”, kata ‘Bapa’ dengan mimik serius  sambil lihat ke arah suster.
“Iya, Pak”, balas suster singkat sambil melihat - lihat lembaran kertas yang dibawanya.
Saya menarik horden pembatas berwarna hijau antara ruang tunggu dan ranjang milik ‘Bapa’ untuk memberikan ruang privasi kepada ‘Bapa’ yang sedang siap – siap. Bongso dan Kris masih duduk di lantai ketika Saya dan Yulan sibuk menentukan siapa yang akan mendampingi ‘Bapa’. Nene duduk manis di atas sofa empuk berwarna coklat. Nene sangat ceria dan bersemangat. Sesekali Nene menari hanya dengan menggoyang – goyangkan tangannya sambil menyanyikan nyanyian rohani. Wajahnya yang keriput termakan usia tidak mengurangi semangatnya untuk memuji Tuhannya dengan nyanyian dan tarian. Nene terus bernyanyi dengan gembira. Tong juga ikut bergembira. Smua saling menatap dan berbagi senyum satu sama lain. Kamar itu menjadi berenergi. Hati terasa terangkat karena bahagia. Tiada pagi yang terlewatkan tanpa nyanyian, tarian apa adanya, berbagi senyum dan tertawa bersama dengan penuh kegembiraan.
Di luar kamar, Supir ambulans terus memangdang ke arah kami untuk memberi tanda bahwa dirinya sudah siap mengantarkan ‘Bapa’ ke ruang URM (Unit Rehabilitasi Medis) untuk menjalani fisioterapi.
Sambil tersenyum, ‘Bapa’ muncul dari balik horden hijau, dengan celana jeans pendek dan baju kaos putih polos. Kacamata beningnya tetap dipakai. Pin bendera Bintang Kejora berukuran 8x5  yang tidak pernah dilepaskan dari baju bagian dadanya, tertancap gagah di atas dadanya yang cukup kekar  untuk pria berusia 50 tahun. Dengan tinggi badan 172,5 cm dan berat 80 kg, kakinya yang kuat dan berotot itu mengantarkannya keluar dari kamar dan memasuki ambulans untuk menuju ke URM.

RS.PGI Cikini-Jakarta, Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar